Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jabar Perkenalkan Alat Tes Covid-19 Temuan Unpad dan ITB

Kamis, 14 Mei 2020 18:31 WIB

Iklan

INFO JABAR — Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, memperkenalkan dua alat tes Covid-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis, 14 Mei 2020. Kedua alat itu, yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR). 

 

Dalam keterangan resmi Humas Jabar, Emil, sapaan Ridwan Kamil, menuturkan Rapid Test 2.0 memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding alat rapid test sebelumnya. Akurasi Rapid Test 2.0 mencapai 80 persen. "Ini karena Rapid Test 2.0 tidak menguji sampel darah, tetapi swab," kata Emil. 

 

Emil mengatakan rapid test yang selama ini digunakan hanya mendeteksi keberadaan benda asing di dalam tubuh melalui antibodi, namun tidak spesifik ke virus. "Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya ketemu," ucapnya.

 

Emil memastikan untuk tahap awal, Rapid Test 2.0 akan diproduksi sebanyak 5.000 pada Juni 2020 oleh industri biotek di Jabar. Tahap selanjutnya, Rapid Tes 2.0 akan diproduksi sebayak 50 ribu. 

 

"Harganya lebih murah. Kalau RDT yang selama ini beredar kan sampai Rp 300 ribu, kalau ini maksimal hanya Rp 120 ribu," katanya.

 

Kemudian, alat tes Covid-19 yang kedua yaitu tes diagnostik cepat berbasis teknik resonansi plasmon atau Surface Plasmon Resonance (SPR) yang fokus mendeteksi antigen, yaitu SARS-Cov-2, virus penyebab Covid-19.

 

Emil menyatakan SPR berbeda dengan tes swab dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). SPR, kata dia, tidak memerlukan laboratorium saat menguji spesimen. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk tes dengan SPR lebih cepat daripada metode PCR.

 

"Tapi, cukup laptop dan benda sebesar aki motor yang mampu menampung delapan sampel, jadi bisa dibawa kemana-mana," ucapnya.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut dia, semua orang bisa mengetes langsung di pasar atau tempat lainnya dengan akurasi sama seperti PCR, harga alatnya sekitar Rp 200 juta dan alatnya bisa mobile atau dibawa kemana-mana.

 

Emil optimistis dengan hadirnya Rapid Tes 2.0, SPR, Reagen PCR dari Biofarma, dan Ventilator buatan PT DI dan Pindad, target tes masif kepada 300 ribu warga Jabar dapat tercapai. 

 

"Sebanyak 0,6 persen dari jumlah penduduk Jabar atau 300 ribu orang harus dites. Insyaallah kami bisa mengejar target itu. Hadirnya berbagai alat tes medis buatan lokal ini menunjukkan bangsa kita bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri," katanya. 

 

"Inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya. Karena dalam perang melawan Covid-19 ini, ada yang bela negara dengan garis depan yaitu tenaga medis, harta, tenaga dan lainnya," kata Emil menambahkan.

 

Ketua Tim Riset Diagnostik Covid-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menuturkan Rapid Test 2.0 merupakan alat rapid test yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan virus (antigen) dalam tubuh. Keunggulan produk ini lebih murah, akurat, mudah digunakan, cepat, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.

 

Sebagian besar komponen produk ini dikembangkan di dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan impor dan ketersediaan bahan baku.

 

"Unpad bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra yang berkomitmen memproduksi antibodi sebagai salah satu komponen utamanya. Juga PT Pakar Biomedika Indonesia yang telah memiliki kapasitas, pengalaman dan izin produksi rapid test di dalam negeri," kata Yusuf.

 

"Kalau PCR yang dicari adalah kode genetik yang spesifik, kemudian gen spesifik itu diperbanyak dan akan ketahuan ada tidaknya virus di situ. Jadi yang dideteksi itu adalah gennya yang merepresentasikan adanya virus. Tetapi kalau SPR yang dideteksi adalah partikel virusnya," ucapnya. (*) 

Iklan